Khasiat Zaitun
Pokok zaitun atau olive dalam bahasa Inggeris, sejenis pokok hijau di kawasan separuh tropika,
terkenal tumbuh di hampir seluruh Mediterranean terutama kawasan kering.
Berbatang menggerutu hijau kelabu, dengan ketinggian 7-12 meter. Daunnya halus meruncing
berwarna hijau kelabu dan sedikit keras. Berbunga halus keputihan, buah yang dihasilkan berwarna
hijau kekuningan berbiji ungu seakan batu.
Sejenis tanaman ladang, buahnya dipungut dengan hanya menggoncang pokok. Lalu ia disatukan
sama ada untuk membuat minyak atau dimakan begitu sahaja.
Dipercayai minyak zaitun antara minyak masak terbaik, berperisa dan mudah dicerna. Ia juga
bahan mentah asas untuk menghasilkan alat solek bermutu. Perahan buah zaitun pada cuaca sejuk
boleh menghasilkan 40% hingga 60 % minyak yang mengandungi 75% gliserad (glycerides) daripada
asid oleic dan selebihnya daripada asid linolenik dan palmatik. Di bawah suhu tinggi, minyak yang
dihasilkan lebih rendah mutunya dan terdedah kepada asid lemak bebas.
Sebagaimana minyak badam dan adpokat, minyak zaitun juga digunakan untuk membersih
kulit peka di samping melindungi kulit daripada kering dan tua sebelum waktu, kerana ia berkhasiat
melembap dan memulihkan. Sebab itu ia sering digunakan untuk menghasilkan pelembap, krim
tangan dan antikedut. Ia boleh digunakan terus tanpa pewangi atau selepas diproses menjadi
barangan kecantikan seperti krim, syampu, buih dan minyak mandian.
Difahamkan, losyen dan krim terbaik yang dihasilkan daripada minyak asli khusus untuk
kulit kering selalunya mengandungi minyak zaitun atau bijan.
Dari sudut perubatan, minyak zaitun dijadikan perantara kepada ubat yang dilarutkan
di dalam minyak seperti untuk mengubati perut memulas, mengeluarkan batu karang halus atau dijadikan julap.
Tergolong antara buah-buahan terkenal, zaitun enak dimakan sama ada sebelum masak
atau masih hijau, dibuat jeruk ataupun apabila masak dan berwarna hitam. Kayunya yang keras
turut digunakan sebagai bahan ukiran.
http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s2_99/a61301.htm
-------------------
Minyak Zaitun Cegah Kanker Usus Besar
Para ilmuwan Spanyol menambah bukti yang semakin jelas bahwa minyak zaitun mempunyai
khasiat ikut membantu pencegahan penyakit kanker usus besar.
Para peneliti pada Universitas Rumahsakit Jerman Trias Pujol di Barcelona telah membandingkan
khasiat minyak zaitun yang termasuk bahan makanan pokok di wilayah Laut Tengah, dengan
minyak bunga saf (safflower) dan minyak ikan dalam percobaan yang menggunakan tikus, guna
memastikan bahwa yang membawa dampak terhadap pertumbuhan tumor adalah jenis lemak,
bukan banyaknya lemak yang terkandung dalam makanan.
"Studi ini membuktikan bahwa lima persen lemak yang terkandung dalam minyak zaitun,
diperbandingkan dengan lima persen minyak safflower, mencegah clolonic carcinogenesis
pada tikus, seperti yang terjadi dengan lima persen makanan minyak ikan," kata Profesor
Miguel Gassull dan rekan-rekan dalam majalah Gut.
Para peneliti itu membagi 100 ekor tikus ke dalam tiga kelompok dan memberi mereka
makanan yang kaya akan minyak zaitun, safflower, dan minyak ikan.
Tiap kelompok dibagi dua dan separuh dari binatang-binatang itu menerima zat aktif
penyebab kanker.
Sembilan belas pekan sesudah eksperimen dimulai, para peneliti memeriksa apakah
hewan-hewan tersebut memperlihatkan tanda-tanda awal penyakit kanker.
Mereka menemukan bahwa tikus-tikus yang diberi makanan mengandung minyak zaitun
hanya sedikit mengandung jaringan-jaringan gejala kanker dan tumor, dibanding dengan
tikus-tikus yang diberi makan minyak lainnya.
Gassull dan timnya mengatakan bahwa makanan yang mengandung minyak zaitun dan minyak
ikan menurunkan kualitas bahan kimia yang disebut arachidonate, yang bila dikombinasikan
dengan bahan yang disebut prostaglandin E bisa menimbulkan kanker.
Para peneliti itu yakin bahwa bahwa pengganti minyak zaitun seperti flavonoids, squalene dan
polyphenols bisa menolong perlindungan terhadap kanker.
Flavonoids dan polyphenols adalah bahan antioxidant yang membantu mencegah kerusakan sel-sel
akibat bahan kimia yang mengandung oksigen yang disebut "free radicals."
Para ilmuwan itu menganjurkan kelanjutan studi untuk mendukung penemuan mereka. t. sakri s/spektrum
http://www.indomedia.com/bpost/022000/20/serba/serba4.htm
------------------------